Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao menyoroti ketimpangan pembangunan yang terjadi antara negara berkembang dengan negara maju. Hal ini disampaikan Xanana dalam sambutannya di acara Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak atau High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) 2024.
Xanana menyadari, tantangan membangun Timor Leste pasca merdeka pada 20 Mei 2002 cukup berat. Pemerintah Timor Leste harus mempertimbangkan secara cermat apakah sistem politik dan ekonomi internasional yang ada saat ini sesuai dengan tujuan pembangunan Timor Leste.
Xanana kemudian mempertanyakan bagaimana negara-negara di belahan bumi selatan dapat mencapai potensinya. Ini mengingat negara berkembang seperti Timor Leste tumbuh di dunia yang penuh dengan ketidakpastian, kompleksitas, dan perubahan teknologi.
Menurut dia, dunia ini penuh dengan kemiskinan, ketimpangan, krisis lingkungan, dan penderitaan manusia yang meluas. Selain itu, terlalu banyak negara di belahan bumi selatan yang cukup kesulitan membangun ekonominya setelah mengalami periode kolonialisme dan eksploitasi global. Banyak juga negara kepulauan kecil yang memiliki keterbatasan akses untuk menjadi negara yang lebih maju.
“Bagian Selatan terus dieksploitasi oleh sistem global,” ujar dia dalam acara High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) 2024 di Bali International Convention Centre (BICC), Nusa Dua, Senin (2/9/2024).
Pada saat yang sama, Xanana menilai bahwa ketimpangan sosial dan ekonomi global telah mencapai tingkat yang tidak masuk akal. Dalam hal ini, 10 orang terkaya di dunia memiliki harta yang jauh lebih banyak ketimbang 3,5 juta orang miskin di dunia.
“Kita melihat konsentrasi kekayaan berada di tangan orang-orang kaya dunia, sedangkan ratusan juta orang dibiarkan menderita kelaparan ekstrim,” jelasnya.
Belum lagi, krisis perubahan iklim mengancam banyak negara, terutama negara-negara berkembang yang letak geografisnya berada di kepulauan. Mereka harus membayar dana yang lebih besar untuk mengatasi krisis tersebut. Negara-negara berkembang berjuang keras untuk mengurangi dampak perubahan iklim di tengah keterbatasan finansial dan teknologi.
Lantas, Xanana menganggap negara-negara di belahan bumi utara telah gagal memenuhi janji mereka berdasarkan Perjanjian Internasional untuk memberi dukungan keuangan dan teknis kepada negara-negara berkembang dalam mengatasi krisis iklim. “Kita perlu mengurangi dan beradaptasi dengan perubahan iklim,” imbuhnya.
Dengan begitu, Xanana pun berharap HLF MSP 2024 dapat menjadi forum memperkuat kemitraan antar negara-negara berkembang di belahan bumi selatan untuk memecahkan tantangan global. Kemitraan multipihak antar negara ini dapat membantu percepatan penyediaan pendanaan, transfer teknologi, dan pengembangan kapasitas yang dibutuhkan untuk mengatasi berbagai masalah dunia yang begitu kompleks.