Vietnam dan Filipina sepakat meningkatkan hubungan pertahanan dan militer, serta kerja sama di bidang keamanan maritim, pada Jumat (31/8/2024). Ini adalah sebuah langkah signifikan yang dilakukan kedua negara yang sudah lama berselisih dengan China atas sengketa di Laut China Selatan (LCS).
Menteri Pertahanan Vietnam Phan Van Giang datang ke Manila untuk melakukan pembicaraan dengan Sekretaris Departemen Pertahanan Nasional Filipina Gilberto Teodoro. Ini merupakan kunjungan pertama Van Giang sebagai kepala pertahanan, dan melakukan kunjungan kehormatan pada hari sebelumnya untuk bertemu Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.
“Para menteri menyatakan komitmen teguh mereka untuk memperdalam kerja sama pertahanan dan militer melalui interaksi dan keterlibatan yang berkelanjutan di semua tingkat,” kata Departemen Pertahanan Filipina dalam sebuah pernyataan, mengutip Channel News Asia (CNA), Sabtu (31/8/2024).
Kedua negara bertujuan untuk menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan sebelum akhir tahun ini, kata Teodoro setelah dia dan Giang menandatangani “letter of Intent” untuk meningkatkan keterlibatan dalam tanggap bencana dan pengobatan militer.
Mereka juga sepakat untuk menyelesaikan perselisihan secara damai dan dalam kerangka hukum internasional.
“Kedua pihak berbagi pentingnya menjaga perdamaian, stabilitas, keselamatan dan kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut Timur, yang juga dikenal sebagai Laut Filipina Barat atau Laut Cina Selatan,” kata Giang dalam pengarahan bersama.
Pertemuan mereka juga terjadi saat meningkatnya ketegangan yang terjadi di LCS, serta kekhawatiran internasional mengenai kemungkinan eskalasi konflik. Pasalnya, China dan Filipina yang merupakan sekutu Amerika Serikat (AS) telah bersitegang hampir setiap minggu dalam konflik yang berlangsung lebih dari setahun.
“Meskipun kita menghadapi ancaman yang sama, kita akan bekerja sama menghadapi ancaman ini dalam semangat solidaritas ASEAN,” kata Teodoro, tanpa menyebut negara China.
Dari tulisan CNA itu juga dijelaskan, Filipina dan negara-negara besar di Barat merasa jengkel dengan tindakan armada besar penjaga pantai China yang dikerahkan di seluruh LCS. Sembari menuduh Manila melakukan agresi dan manuver berbahaya dalam memblokir kapal-kapalnya.
China, yang mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut Cina Selatan, menuduh Filipina melakukan provokasi dan berulang kali melakukan pelanggaran batas.
Di sisi lain, Vietnam memiliki tindakan yang rumit dalam menentang aksi yang dilakukan China. China dianggap melanggar kedaulatannya dan pada saat yang sama juga tetap menjaga hubungan dekat dengan negara tetangga dan mitra dagang utama mereka, yang telah dibangun beberapa dekade oleh Partai Komunis mereka.
Penjaga pantai Vietnam dan China pada Kamis lalu juga melakukan patrol gabungan ketiga di bagian utara Teluk Tonkin tahun ini.
Teodoro mengatakan pentingnya blok Asia Tenggara ASEAN menjadi pusat dalam menjamin perdamaian dan stabilitas serta kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut Cina Selatan.
“Kami berbicara tentang mengambil langkah-langkah kerja sama yang lebih konkrit dan efektif dengan mitra-mitra ASEAN kami, untuk menjamin keberlangsungan keinginan seluruh masyarakat ASEAN melalui kerja sama dan interaksi yang konkrit, dengan menggarisbawahi keutamaan hukum internasional,” ujarnya.
Meskipun ada klaim yang tumpang tindih atas Kepulauan Spratly di Laut China Selatan, dimana Vietnam dan Filipina menempati atoll atau pulau terumbu karang kedua negara menyatakan keinginan bekerja sama mengatasi perselisihan.
Penjaga pantai kedua negara pada awal bulan ini mengadakan latihan gabungan pertama mereka di Manila, menyimulasikan latihan pemadaman kebakaran dan latihan pencarian dan penyelamatan.