Sekretaris Kota Jakarta Selatan Ali Murtadho (ketiga kiri) dan Wakil Rektor 1 Universitas YARSI Wening Sari (tengah), bersama jajaran Pejabat Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Selatan dan Yayasan YARSI dalam acara penyambutan serta peresmian mulainya kegiatan KKN dari mahasiswa Universitas YARSI di Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Senin (4/11/2024). (ANTARA/Yamsyina Hawnan)
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan menggandeng perguruan tinggi swasta untuk ikut mendukung percepatan penanganan stunting atau tengkes di wilayah tersebut lewat program Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Sekretaris Kota (Sekko) Jakarta Selatan Ali Murtadho menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak dalam penanganan stunting.
“Penanganan stunting tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja, semua unsur harus terlibat, termasuk akademisi, LSM, masyarakat dan pemerintah daerah,” katanya di Jakarta, Senin.
Ia menambahkan bahwa pendekatan ini harus bersifat terpadu, dengan harapan kegiatan KKN tematik ini dapat menghasilkan terobosan inovatif untuk mempercepat penanganan stunting.
Ali juga menegaskan pentingnya inovasi dalam program ini dan berharap mahasiswa mampu menghimpun data yang relevan agar setelah KKN, pemerintah dapat memfokuskan upaya mereka secara efektif.
“Dari 8 aksi konvergensi stunting yang telah ditetapkan secara nasional, kami berharap dapat menghasilkan langkah-langkah inovatif yang sesuai dengan kondisi lokal,” katanya.
Wakil Rektor 1 Universitas Yarsi, Wening Sari menjelaskan, kegiatan KKN yang dijalankan mahasiswa merupakan program integrasi antara kegiatan pengabdian masyarakat dan proses pembelajaran.
“Dalam program ini, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan sosial dan empati, serta mengimplementasikan pengetahuan yang mereka peroleh selama kuliah,” katanya.
Adapun fokus penanganan stunting di Jakarta Selatan dilakukan atas permintaan khusus dari Dinas Pemberdayaan, Pelindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta.
Program KKN yang diikuti 232 mahasiswa ini dilaksanakan dengan metode hybrid. Mahasiswa tidak tinggal di lokasi, tetapi akan melakukan kunjungan untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat setempat.