China terus menggenjot implementasi robotaxi alias taksi otomatis tanpa pengemudi. Hal ini memicu kekhawatiran di kalangan para sopir (driver) di Negeri Tirai Bambu.
Pada Selasa lalu, China mengeluarkan 16.000 pengujian lisensi untuk kendaraan otomatis dan membuka pengujian jalan publik hingga 32 km.
Pada Juni lalu, pemerintah juga memberikan lampu hijau untuk 9 produsen mobil tanpa awak, termasuk BYD dan Nio, untuk menguji teknologi pengemudi tanpa awak di beberapa jalanan publik.
Elon Musk pun sedang berupaya mendapat persetujuan untuk teknologi Full-Self Driving (FSD) Tesla di China.
Hal ini membuat internet gempar. Media sosial China ramai mendiskusikan dampak maraknya robotaxi yang akan merenggut pekerjaan sopir.
Sejauh ini, platform aplikasi transportasi online berbasis kendaraan self-driving ‘Apollo Go’ milik Baidu sudah mengoperasikan 400 awak robotaxi di Wuhan. Perusahaan menargetkan penambahan hingga 1.000 armada pada akhir tahun ini.
Apollo Go menjadi sangat populer. Banyak sopir taksi manual yang menandatangani petisi untuk meminta otoritas membatasi penggunaannya, menurut media lokal China.
Apollo Go sendiri menawarkan harga lebih murah. Untuk pengendaraan selama 16 menit, biaya dengan robotaxi hanya 10,36 yuan atau hampir setengah kali lebih murah ketimbang rata-rata 20 yuan di aplikasi transportasi online manual dengan taksi bersopir.
Liu Yi (36 tahun) adalah salah satu dari 7 juta sopir online di China yang khawatir akan kehilangan pekerjaan. Pria yang berdomisili di Wuhan tersebut mulai bekerja paruh waktu sebagai sopir online pada tahun ini.
Sebelumnya, ia adalah pekerja konstruksi bangunan. Namun, industri properti lesu ditandai dengan banyaknya apartemen yang tak laku.
Kini, ia kembali harus menghadapi krisis baru. Yi melihat sudah banyak taksi tanpa sopir yang wara-wiri di area tempatnya mencari nafkah.
“Semua orang akan kelaparan,” kata dia, dikutip dari Reuters.
Muncul Profesi Baru
Pakar menyebut industri mobil otomatis dan robotaxi lambat laun akan makin matang. Untuk itu, ke depannya akan ada pekerjaan baru yang menggantikan profesi driver yang hampir punah.
“Kalian [driver] tak akan langsung kehilangan pekerjaan dalam satu waktu. Ini akan membutuhkan transisi perlahan, mulai dari area tertentu, hingga wilayah tertentu,” kata Mohit Sharma, analis di Counterpoint Research.
Ia menambahkan, pemerintah bisa berkolaborasi dengan perusahaan robotaxi untuk mengalihkan profesi driver ke pekerjaan lain. Tentunya, perlu diberikan sistem edukasi dan pelatihan yang memadai untuk menyiapkan para driver menghadapi robotaxi yang makin marak di masa depan.
Juru bicara Apollo Go mengatakan perusahaan berkomitmen untuk menciptakan peluang kerja baru di ekosistemnya. Misalnya, profesi untuk mengawasi dan menguji sistem, serta anotasi data.
Sharma menegaskan, meski inovasi teknologi akan memusnahkan profesi tertentu, tetapi inovasi juga selalu menciptakan pekerjaan baru.
Antara lain, ia menyebut profesi di sektor keamanan siber, pengujian dan validasi kendaraan otomatis, hingga pengembangan software.
“Di masa depan, mobil otomatis pasti akan menggantikan driver. Namun sekali lagi, kini pasokan driver sudah mulai berkurang. Jadi, ini merupakan keuntungan bagi perusahaan [yang mengembangkan robotaxi],” kata dia.