Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Rosan Perkasa Roeslani menjadi salah satu pembicara pada acara High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships 2024 di Mangupura Hall, Bali International Convention Centre, Bali, Senin (2/9/2024).
Dalam paparannya, Rosan mengungkapkan visi Indonesia menjadi negara maju tahun 2045. Menurut dia, hal itu juga selaras dengan rencana Agenda Afrika 2063.
“Saat ini, Indonesia nomor 16 negara dengan ekonomi terbesar di dunia, pada tahun 2045 kita ingin menjadi nomor 4,” katanya.
Rosan mengatakan pada saat itu PDB per kapita RI bisa mencapai US$ 30.000, melonjak dari saat ini US$ 5.000 per kapita.
Selain itu, Rosan juga bicara mengenai rencana peningkatan belanja untuk penelitian yang setidaknya mencapai 2% dari PDB RI. Sehingga, untuk mencapai cita-cita itu, menurut Rosan, bisa dilakukan dengan cara kerja sama bersama mengatasi masalah. Mulai dari meningkatkan sumber daya manusia sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Perekonomian sedang bertumbuh, tanpa peningkatan modal kita maka pertumbuhan itu tidak akan berkelanjutan. Kita butuh tumbuh bersama dan pasti kita dapat membagikan hal ini kepada teman-teman di belahan dunia selatan,” kata Rosan.
Dari sisi ekonomi, dia melihat banyak kerja sama yang bisa dilakukan. Seperti kerja sama dalam sektor pengembangan baterai ataupun kendaraan listrik, di mana Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.
“Nikel bahan baku utama baterai kendaraan listrik, kobalt, mangan. Namun pada saat yang sama kita tidak memiliki lithium. Dan Zimbabwe misalnya memiliki cadangan lithium terbesar di Afrika, yang juga merupakan bahan yang penting untuk baterai EV,” kata Rosan.
Ia juga mencontohkan negara Maroko memiliki sumber daya phosphate yang banyak. Sehingga kerja sama pada sektor ini akan memberikan kontribusi energi bersih yang signifikan ke dunia.
Rosan juga mencontohkan kerja sama di industri rumput laut. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi yang besar mengingat menjadi pemilik garis pantai terbesar kedua di dunia.
Di sisi lain, negara-negara di Afrika banyak yang mengembangkan industri rumput laut untuk diolah menjadi sektor farmasi hingga makanan. Sehingga kerja sama ini sangat berpotensi besar.
“Dan tentunya juga di bidang minyak dan gas dan juga di bidang perkebunan, di bidang minyak sawit, bagaimana kita bisa melakukan hilirisasi perkebunan kelapa sawit Indonesia,” kata Rosan.
Pada kesempatan itu, Rosan juga mengatakan sumber daya manusia Indonesia mau diperkuat. Mengingat saat ini hanya 12%-13% dari populasi yang memiliki latar belakang pendidikan lulusan perguruan tinggi.
Lebih lanjut, mantan wakil menteri BUMN itu bercerita, saat ini pemerintah sudah mengeluarkan insentif pajak sebesar 200% untuk perusahaan yang mau melakukan pelatihan dan pendidikan profesional bagi sumber daya manusia Indonesia.