
5 Bukti Sejarah Hubungan Raden Wijaya dengan China Sebelum Berdirinya Majapahit
RADEN Wijaya dan Pasukan Tartar berkoalisi setelah menghancurkan Kerajaan Kediri di bawah pimpinan Jayakatwang. Tapi setelah keberhasilan itu Raden Wijaya balik menyerang Pasukan Tartar dari China, yang membuat pasukan Mongol itu lari kocar-kacir, sebelum akhirnya mendirikan Kerajaan Majapahit.
Persekutuan Raden Wijaya dengan pasukan Tartar itu ternyata dituliskan dalam lima naskah kuno. Selain dua naskah kuno yang kerap jadi referensi sumber sejarah Kerajaan Kediri hingga Majapahit, yakni Kakawin Nagarakretagama dan Pararaton, ada tiga catatan sejarah lainnya.
Berikut ini sejumlah bukti sejarah tentang hubungan Raden Wijaya dengan China:
1. Prasasti Sukamrta
Pertama Prasasti Sukamrta yang konon ditulis pada 1296, selisih tiga tahun setelah kematian Śrī Jayakatyëng atau Aji Jayakatong, yang dikenal juga Jayakatwang. Disebutkan bahwa Raden Wijaya menjadi raja tanpa bantuan pihak lain. Ada kemungkinan ia malu telah mengkhianati persekutuan dengan bangsa Tatar, sehingga hal itu sama sekali tidak diungkit-ungkit dalam prasasti.
2. Kidung Ranggalawe
Naskah Kidung Ranggalawe juga mengisahkan bagaimana hubungan antara Raden Wijaya dengan Tartar. Naskah ini merupakan pengembangan dari Pararaton, khusus bagian runtuhnya Kerajaan Tumapěl dan berdirinya Kerajaan Majapahit, dikutip dari buku “Pararaton : Biografi Para Raja Singhasari – Majapahit”.
Bagian awal naskah ini kadang disebut dengan judul Kidung Pañji Wijayakrama. Dikisahkan bahwa yang datang ke Jawa bukan hanya pasukan Tatar, melainkan juga rajanya. Setelah pertempuran di Daha berakhir, raja Tartar pulang ke negerinya untuk mempersiapkan pernikahan, sedangkan para menterinya ditugaskan merebut Ratna Sutawan, putri bungsu raja Tumapěl.
Raden Wijaya tidak terima dan menggempur pasukan Tatar yang ada di Jawa hingga tumpas semua. Penulis naskah ini tentunya tidak mengenal nama Khubilai Khan atau Kaisar Shizů, sehingga ia mengarang bahwa raja Tatar bernama Śrī Taru Laksana Aji yang masih gagah dan belum terlalu sepuh.
3. Kidung Harsawijaya
Naskah terakhir yang menggambarkan hubungan Raden Wijaya dengan Tartar yakni Kidung Harşawijaya. Naskah ini juga merupakan pengembangan dari Pararaton dengan cerita yang lebih didramatisasi lagi, yaitu raja Tatar, yang tidak disebutkan namanya tidak pulang, melainkan tewas di Jawa dalam suatu pertempuran melawan Rangga Lawe dan Ken Nambi di Bubat.
Bagaimanapun juga, naskah ini ditulis ratusan tahun sesudah Raden Wijaya meninggal, sehingga isinya lebih banyak berupa fantasi sang pengarang yang belum tentu cocok dengan fakta sejarah.