Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui penarikan utang baru pada saat ini sudah mulai kembali tinggi untuk merespons pelemahan ekonomi, khususnya dari sisi harga-harga komoditas yang mulai melandai.
Ia mengatakan, hingga 31 Juli 2024, penarikan pembiayaan utang telah mencapai Rp 266,3 triliun atau 41,1% dari target APBN 2024 sebesar Rp 648,1 triliun. Sementara itu, pertumbuhan penarikan utang baru itu telah mencapai 36,6% dibanding periode yang sama tahun lalu.
“Karena tadi semua komoditas sudah reverse back ke harganya sehingga memang defisitnya diperkirakan pasti lebih tinggi dari 2023. Dan ini sudah mulai terlihat dari pembiayaan kita,” kata Sri Mulyani saat konferensi pers APBN di Kantor Pusat Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa
Sri Mulyani mengatakan, total penarikan pembiayaan utang pada 7 bulan tahun ini berkebalikan dengan tahun lalu. Pada tahun lalu pemerintah mengerem penarikan utang baru untuk pembiayaan anggaran karena harga komoditas menurutnya tengah tinggi sehingga mengerek tinggi setoran pajak.
“Karena tahun lalu dengan penerimaan kita cukup tinggi, karena komoditas boom, kita mengerem pembiayaan utang sangat dalam, makanya tahun lalu pembiayaan mengalami penurunan issuance yang luar biasa harusnya Rp 437,8 triliun, kita hanya keluar Rp 184 triliun SBN issuance,” ucap Sri Mulyani.
Sri Mulyani pun merincikan, untuk pembiayaan utang yang berasal dari penerbitan SBN secara neto per Juli 2024 telah mencapai Rp 253 triliun dari target Rp 666,4 triliun. Total penerbitan SBN itu 38% dari target dengan pertumbuhan mencapai 37,5% dibanding tahun lalu.
“SBN neto kita sudah issuance Rp 253 triliun itu tumbuh 38% dibanding tahun lalu. Ini sebagai bagian dari siklikal waktu ekonomi turun kita menstabilkan dan waktu ekonominya tinggi kita issuance nya lebih kecil, sehingga itu mengurangi ledakan dari sisi boom tahun lalu,” ujarnya.
Sementara itu, pembiayaan utang yang berasal dari pinjaman telah mencapai Rp 13,3 triliun, jauh lebih tinggi dari desain dalam APBN 2024 yang seharusnya minus Rp 18,4 triliun. Artinya pembiayaan dari pinjaman itu telah mencapai 72,6% dari target dengan pertumbuhan 21,6%.
Adapun untuk total pembiayaan nonutang minus Rp 49,3 triliun atau telah tumbuh 39,4% dari target APBN tahun ini yang minus Rp 125,3 triliun, dengan pertumbuhannya sebesar 61,8%.
Dengan demikian, total pembiayaan anggaran per Juli 2024 sebesar Rp 217 triliun, sebesar 41,5% dari target Rp 522,8 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 31,9% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 164,5 triliun.